
Banyuasin Genjot Produksi Padi Lewat Program Oplah, Targetkan IP 300 di Kecamatan Selat Penuguan
BRMP Pascapanen bersama Pemerintah Kabupaten Banyuasin terus mengakselerasi peningkatan produksi padi melalui program Optimalisasi Lahan (Oplah). Salah satu wilayah strategis yang menjadi fokus adalah Kecamatan Selat Penuguan, dengan target peningkatan indeks pertanaman (IP) menjadi 300. Program ini mencakup empat desa dengan total luas lahan pertanian mencapai 2.250 hektare, meliputi Desa Bumi Rejo (614 ha), Desa Mekarsari (1.016 ha), Desa Songo Makmur (520 ha), dan Desa Penuguan (100 ha).
Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Kepala BRMP Pascapanen, Zainal Abidin dan turut dihadiri Kepala SMK PP Sembawa Budi Santoso, Kepala Desa Songo Makmur Suharto, serta tim penyuluh dan Babinsa.
Desa Songo Makmur menjadi salah satu fokus pelaksanaan Oplah, dengan total 441 hektare lahan dialokasikan khusus untuk program ini. Dalam sambutannya, Kepala Desa Suharto mengajak seluruh masyarakat untuk mendukung program tersebut sebagai upaya peningkatan kesejahteraan petani. Ia juga menegaskan pentingnya menjaga ketahanan pangan dengan tidak mengalihfungsikan lahan pertanian ke perkebunan sawit.
Zainal Abidin menyampaikan bahwa optimalisasi lahan sangat penting guna menjaga keberlanjutan stok pangan nasional. “Kebutuhan nasional saat ini berada di kisaran 20–25 juta ton. Syukurlah, stok kita sudah mencapai 38 juta ton. Tugas kita adalah menjaga agar angka ini tetap stabil, salah satunya melalui Oplah yang mampu meningkatkan frekuensi tanam dari satu kali menjadi dua atau tiga kali dalam setahun,” jelasnya. Ia juga menekankan pentingnya dukungan berupa alsintan, benih, dan pestisida untuk mendukung capaian IP 200–300.
Sementara itu, Kepala SMK PP Sembawa, Budi Santoso, menyampaikan bahwa pemerintah pusat telah mengantisipasi potensi krisis pangan global sejak 2023. Program swasembada pangan didesain melalui dua pendekatan, yakni intensifikasi melalui Oplah dan pompanisasi, serta ekstensifikasi melalui pencetakan sawah baru.
Ia juga memperkenalkan konsep “Brigade Pangan”, yakni kelompok petani milenial berusia 17–30 tahun yang akan menjadi motor penggerak Oplah. “Mereka adaptif terhadap teknologi dan punya semangat tinggi. Brigade ini harus berpikir bisnis, dengan dua rekening: satu untuk operasional, satu lagi untuk penyusutan. Jika petani hanya sanggup tanam satu kali, Brigade akan mengambil alih tanam kedua dengan sistem bagi hasil,” jelasnya. Di Desa Songo Makmur, direncanakan pembentukan dua Brigade Pangan yang akan didampingi Kepala Desa dan Babinsa.
Namun demikian, petani di Desa Songo Makmur menghadapi sejumlah hambatan, di antaranya pendangkalan saluran sekunder, tingkat keasaman air yang tinggi, serta hama tikus yang merajalela. Para petani berharap pemerintah dapat memberikan solusi konkret atas kendala tersebut agar program Oplah dapat berjalan maksimal dan berkelanjutan.
Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, penyuluh, petani, dan petani milenial, Banyuasin optimistis bisa menjadi lumbung pangan regional sekaligus kontributor penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional.